TEKNIK
PENGGARAMAN
DASAR-DASAR
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
NAMA : SEPRIYAN NICCY
NIM : 150254244018
UNIVERSITAS
MARITIM RAJA ALI HAJI
FAKULTAS
ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
TEKNOLOGI
HASIL PERIKANAN
TANJUNG
PINANG
2016-2017
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER....................................................................................
HALAMAN
KATA PENGHANTAR.........................................................
HALAMAN DAFTAR ISI...........................................................................
BAB
I..............................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1 LATAR
BELAKANG....................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH................................................................... 2
1.3 TUJUAN............................................................................................ 2
1.4 MAFAAT........................................................................................... 2
BAB
II.............................................................................................................
PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1
DEFINISI
PENGERINGAN............................................................ 3
2.2
PRINSIP
PENGERINGAN............................................................. 4
2.3
PROSES
PENGERINGAN............................................................. 5
BAB
III.........................................................................................................
PENUTUP.................................................................................................... . 12
1.1
KESIMPULAN........................................................................... 12
1.2
SARAN-SARAN......................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan bahan makanan yang
banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat
mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan
perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan
sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya. Ikan merupakan salah satu sumber
protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya
murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu dilakukan
pengawetan agar tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang
biak. Proses pengawetan ikan yang umum
dilakukan adalah dengan penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan dan
pendinginan.
Garam
memberi sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang
segar. Garam akan berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme
pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan pembentuk spora
adalah yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah
sekalipun (yaitu sampai 6%).
Mikroorganisme
patogen termasuk Clostridium botulinum kecuali Streptococcus aureus dapat
dihambat oleh konsentrasi garam sampai 10 – 12%. Beberapa mikroorganisme
terutama jenis Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan
adanya garam. Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan sehingga
dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Pada
proses penggaraman ikan, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar air
dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan
berkembang biak lagi. Jadi, peranan garam dalam proses ini tidak bersifat
membunuh mikroorganisme (fermicida), tetapi garam mengakibatkan terjadinya
proses penarikan air dalam sel daging ikan sehingga terjadi plasmolisis (kadar
air dalam sel mikroorganisme berkurang, lama kelamaan bakteri mati).
Penggaraman
ikan biasanya diikuti dengan pengeringan untuk menurunkan kadar air dalam
daging ikan sehingga cairan semakin kental dan proteinnya akan menggumpal.
Kemurnian garam dan ukuran kristal garam akan mempengaruhi mutu ikan asin yang
dihasilkan. Warna putih kekuningan, lunak, dan rasa yang enak merupakan
ciri-ciri ikan asin yang baik.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
·
Apa yang
dimaksud dengan penggaraman ikan?
·
Bagaimana
prinsip penggaraman ikan?
·
Bagaimana
proses penggaraman ikan ikan?
·
Bagaimana
mekanisme penggaraman ikan?
·
Bagaimana
teknik penggaraman ikan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini
adalah:
·
Mengetahui
definisi penggaraman ikan
·
Mengetahui
prinsip penggaraman ikan
·
Mengetahui
proses penggaraman ikan
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan
makalah ini yaitu dapat menganalisis dan mengaplikasikan proses penggaraman ikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi penggaraman
ikan
Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan
yang sudah lama dilakukan orang. Garam dapat bertindak sebagi pengawet karena
garam akan menarik air dari bahan sehingga mikroorganisme pembusuk tidak dapat
berkembang biak karena menurunnya aktivitas air. Garam memberi sejumlah
pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam akan
berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu.
Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan pembentuk spora adalah yang paling
mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah sekalipun (yaitu sampai
6%).
Mikroorganisme patogen
termasuk Clostridium botulinum kecuali Streptococcus aureus dapat dihambat oleh
konsentrasi garam sampai 10 – 12%. Beberapa mikroorganisme terutama jenis
Leuconostoc dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan cepat dengan adanya garam.
Garam juga mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan sehingga dapat
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Beberapa mikroorganisme
seperti bakteri halofilik (bakteri yang tahan hidup pada konsentrasi garam yang
tinggi) dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, tetapi membutuhkan
waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh dan selanjutnya terjadi pembusukan.
2.2. Prinsip Pengeringan
Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi
garam ke dalam tubuh ikan dan keluanya
cairan dari tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi
Lama kelamaan kecepatan
proses pertukaran garam dan cairan dari tubuh ikan semakin melambat , Setelah
terjadi kesetimbangan, proses pertukaran garam dan cairan tubuh ikan berhenti,
Terjadi pengentalan cairan tubuh ikan yang masih tersisa dan penggumpalan
protein dan pengerutan sel-sel tubuh ikan sehingga sifat daging berubah.
2.3 Proses Penggaraman
1.
Metode penggaraman kering
-
Ikan besar 20 – 30 %
-
Ikan sedang 15 – 20 %
-
Ikan kecil 5 %
· Garam ditaburkan pada dasar wadah
· Penyusunan ikan :
- Bagian perut menghadap
kebawah
- Ditabur garam sampai merata
- Bagian atas dilapisi dengan garam
· Bak ditutup dengan menggunakan papan
yang diberi
Pemberat, bertujuan proses penggaraman berjalan dengan baik,
yakni:
1.
Kristal garam akan menarik cairan tubuh ikan
2.
Partikel garam akan bergerak masuk dan sampai pada kesetimbangan, proses
penggaraman selesai
3.
Akhir dari proses penggaraman ditandai dengan komposisi daging ikan kencang
berlangsung selama 2 – 3 hari untuk ikan besar. 24 jam untuk ikan berukuran
sedang 12 – 24 jam untuk ikan berukuran kecil.
4.
Pencucian: menghilangkan kotoran, penirisan dan penjemuran.
Penggaraman basah
a.
Ikan dipisahkan berdasarkan jenis, ukuran dan tingkat kesegaran
b.
pemotongan kepala dan pembuangan kotoran
c.
Media penggaraman dengan menggunakan larutan garam
d.
Ikan direndam dalam larutan garam
e.
Tutup dengan papan, pencucian dan kemudian
f.
penjemuran
Metode penggaraman kench salting
a.
Ikan dipisahkan berdasarkan jenis, ukuran dan tingkat kesegaran
b.
Ikan ditumpuk pada bidang datar
c.
Ikan ditaburi dengan garam, diaduk sampai merata seluruh tubuh ikan tertutup
oleh garam
d.
Tumpukan ikan dibiarkan sesaat
e.
Proses penggaraman selesai ditandai dengan teksturdaging ikan lebih kencang dan
padat
f.
Ikan dibongkar, kemudian dibilas dengan air bersih
g.
Penirisan dan kemudian dilakukan penjemuran
Proses pengeringan
· Ikan diletakkan pada para-para /
nampa
· Bagian tubuh ikan yang dibelah
menghadap sinar matahari
· Selama penjemuran ikan dibolak-balik
· Proses pengeringan dapat berjalan
selam 4 hari.
Untuk mengetahui ikan sudah kering atau belum:
- Menekan tubuh ikan dengan jari:
- Bila ditekan tidak menimbulkan bekas,
- Untuk ikan yang berukuran besar, dengan menutup bagian
daging ikan yang dibelah.
1. Penggaraman kering (dry salting)
Metode penggaraman kering
menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang
berukuran besar dibuang isi perut dan badannya dibelah dua. Dalam proses
penggaraman ikan ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi
dalam wadah selapis demi selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam.
Lapisan paling atas dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam. Garam yang
digunakan pada proses penggaraman umumnya berjumlah 10 % - 35 % dari berat ikan
yangdigarami. Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang
basah/berair), garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini
kemudian akan meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal
garam tidak langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan.
Semakin lama larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam
tubuh ikan semakin berkurang.
2. Penggaraman
basah (wet salting)
Penggaraman Basah (Wet
Salting)Penggaraman basah menggunakan larutan garam 30 - 35 % (dalam 1liter air
terdapat 30 – 35 gram garam). Ikan yang akan digaramidimasukkan kedalam larutan
garam tersebut, kemudian bagian atas wadah ditutup dan diberi pemberat agar
semua ikan terendam. Lama waktu perendaman tergantung pada ukuran ketebalan
tubuh ikan dan derajat keasinan yang diinginkan. Dalam proses osmosa, kepekatan
larutan garam akan semakin berkurang karena adanya kandungan air yang keluar
dari tubuh ikan, sementara itu molekul garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses
osmosa akan berhenti apabila kepekatan larutan diluar dan didalam tubuh ikan
sudah seimbang.
Penggaraman basah menggunakan larutan
garam 30 - 35 % (dalam 1liter air terdapat 30 – 35 gram garam). Ikan yang akan
digarami dimasukkankedalam larutan garam tersebut, kemudian bagian atas wadah
ditutup dandiberi pemberat agar semua ikan terendam. Lama waktu
perendamantergantung pada ukuran ketebalan tubuh ikan dan derajat keasinan yang
diinginkan. Dalam proses osmosa,kepekatan larutan garam akan semakin berkurang
karena adanya kandungan air yang keluar dari tubuh ikan,sementara itu molekul
garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses osmosa akan berhenti apabila kepekatan
larutan diluar dan didalam tubuh ikan sudahseimbang.
3. Kench salting
Metode ini merupakan kombinasi penggaraman kering dan
penggaraman basah.
Pertama kali ikan ditaburi dengan kristal garam seluruh
permukaannya lalu
disusun dalam wadah. Bagian atas tumpukan dibebani dengan
pemberat. Setelah
itu perlahan-lahan dituangi dengan larutan garam jenuh
sampai ikan tepat
terendam permukaannya. Metode ini terutama banyak digunakan
orang kalau
menginginkan ikan asin berkadar garam tinggi.
Di Indonesia, pembuatan ikan asin umumnya dalam bentuk ikan
asin kering. Karena itu setelah selesai proses penggaraman selalu diikuti
dengan proses pengeringan. Proses pengeringan yang paling umum dilakukan
adalah dengan penjemuran matahari langsung karena pengeringan dengan alat
pengeringan
buatan (cara mekanis) masih dianggap terlalu mahal.
Sedangkan ikan asin basah yang umum diperjualbelikan di Indonesia adalah
ikan asin yang telah mengalami fermentasi yang lebih terkenal dengan nama
ikan peda yang umumnya terbuat dari jenis ikan kembung.
Pada dasarnya, teknik penggaraman
ini sama dengan pengaraman kering (dry salting) tetapi tidak mengunakan bak
/wadah penyimpanan. Ikan dicampur dengan garam dan dibiarkan diataslantai atau
geladak kapal, larutan air yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang.
Kelemahan dari cara ini adalah memerlukanjumlah garam yang lebih banyak dan
proses penggaramanberlangsung sangat lambat.
Pada dasarnya,
teknik penggaraman ini sama dengan pengaramankering (dry salting) tetapi tidak mengunakan bak /wadah
penyimpanan. Ikandicampur dengan garam dan
dibiarkan diatas lantai atau geladak kapal,larutan air yang terbentuk
dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan daricara ini adalah memerlukan jumlah garam yang lebih banyak dan prosespenggaraman berlangsung sangat lasmbat.
Ada dua metode pengeringan yang
biasa dilakukan yaitu : Pengeringan alami dan pengeringan mekanis. Keuntungan
pengeringan alami antara lain adalah tidak memerlukan peralatan dan
keterampilan khusus tetapi memiliki kelemahan yaitu membutuhkan tempat yang luas
serta waktu pengeringan (suhu) sulit dikendalikan. Keuntungan pengeringan
mekanis antara lain : waktu pengeringan (suhu) dapat dikendalikan dan tidak
memerlukan tempat yang luas. Kelemahanpengeringan mekanis antara lain
membutuhkan sarana dan keterampilan khusus.
- Sama dengan proses penggaraman kering
- Tidak menggunakan bak kedap air
4. Penggaraman
diikuti dengan proses perebusan
- Sebagai contoh: ikan pindang
- Dilakukan perebusan dalam larutan jenuh (mengandung garam)
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengeringan pada ikan dapat dilakukan dengan penggaraman atau pengasinan. Pengasinan
merupakan cara pengawetan ikan yang produknya paling gampang ditemui diseluruh
pelosok Indonesia. Pengeringan ikan sebenarnya tidak harus dilakukan
dengan bantuan sinar matahari secara langsung (penjemuran) karena ikan dapat
dikeringkan tanpa bantuan sinar matahari secara langsung contohnya melalui
pengasapan ataupun pengovenan.Teknologi
pengeringan tanpa sinar matahari ini dapat digunakan pada semua jenis ikan air
tawar maupun ikan air laut. Yang harus diperhatikan justru kesamaan ketebalan
daging ikan dalam proses pengeringan tersebut. Karena semakin tebal daging ikan
akan membuat kecepatan pengeringan semakin lambat dan justru dapat mengurangi
kualitas dari ikan yang dikeringkan tersebut. Ikan hasil pengeringan tanpa
bantuan sinar matahari secara langsung justru memiliki kelebihan dibanding
dengan ikan yang dikeringkan secara langsung dengan matahari. Karena pada
ikan-ikan yang dikeringkan secara langsung (dijemur) sangat rawan terhadap
serangan lalat dan kontaminasi kotoran selama penjemuran sehingga hal ini
justru dapat mempengaruhi daya simpan ikan. Bila pengeringan dengan dijemur itu
tidak sempurna justru dapat menyebabkan ikan mudah busuk terutama karena
serangan jamur, belatung dan kutu.
Penggaraman Kering (Dry Salting)
Penggaraman Basah (Wet Salting)
Kench Salting
Ada dua
metode pengeringan yang biasa dilakukan yaitu: Pengeringan alami dan
pengeringan mekanis. Keuntungan pengeringan alami antara lain adalah tidak memerlukan
peralatan dan keterampilan khusus tetapi memiliki kelemahan yaitu membutuhkan
tempat yang luas serta waktu pengeringan (suhu) sulit dikendalikan. Keuntungan
pengeringan mekanis antara lain: waktu pengeringan (suhu) dapat dikendalikan
dan tidak memerlukan tempat yang luas. Kelemahan pengeringan mekanis
antara lain membutuhkan sarana dan keterampilan khusus.
3.2 Saran
Penggaraman
adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil
perikanan dengan menggunakan garam. Garam yang digunakan adalah jenis garam
dapur (NaCl), baik berupa kristal maupun larutan.
Penggaraman adalah suatu rangkaian
proses pengawetan ikan dengan cara mencampurkan garam dengan ikan baik dalam
bentuk kristal maupun larutan garam. Garam yang dicampurkan dengan ikan akan
menyerap kandungan air dalam tubuh ikan sehingga kegiatan metabolsme bakteri
didalam tubuh ikan akan dapat dihambat atau dihentikan. Untuk menghasilkan
produk penggaraman yang baik maka harus memperhatikan hal-hal sebagai :
pemilihan bahan baku, garam, wadah/alat/tempat yang digunakan, serta
memprhatikan aspek sanitasi dan higiene. Tahapan proses penggaraman terdiri
dari : persiapan peralatan, pemilihan bahan baku, penyortiran, pencucian,
penirisan, dan penggaraman. Metode penggaraman dapat diklasifikasikan menjadi 3
macam yaitu dry salting (penggaraman kering), wet salting (penggaraman basah)
dan kench salting (penggaraman kering tanpa wadah)
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment